Rabu, 01 Mei 2013
Senin, 08 April 2013
Proposal Ojett
PROPOSAL PENELITIAN
POLA
INTRAKSI GURU DAN SISWA DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS IV DI MI DARUL
QUR’AN BENGKEL DESA BENGKEL KEC. LABUAPI LOMBOK BARAT
OLEH:
AKHMAD TURMUZI
NIM: 151. 099. 063
JURUSAN
PGMI
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
TAHUN
AJARAN 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal ini dengan baik.
Penyusunan proposal ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh pendidikan Strata Satu (S1) Intitut Agama Islam
Negeri (IAIN) Mataram, melalui kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan
rasa terima kasih.
Akhirnya dengan penuh harapan semoga
proposal ini dapat bermanpaat bagi semua pihak.
Amin- Amin Ya Robal Alamin
Mataram,………2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUHAN
A.
Latar Belakang................................................................................ 1
B.
Fokus Penelitian............................................................................... 6
1.
Rumusan Masalah....................................................................... 6
2.
Tujuan Penelitian......................................................................... 6
3.
Kegunaan Penelitian.................................................................... 7
4.
Lokasi Penelitian.......................................................................... 7
5.
Penegasan Istilah......................................................................... 8
BAB
II KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Intraksi Dan
Kegiatan Belajar Mengajar.................. 10
B.
Pengertian Belajar Belajar.......................................................... 14
C.
Ciri-ciri Belajar Mengajar............................................................ 19
D.
Pola-pola Interaksi dalam
Kegiatan Belajar Mengajar............... 21
E.
Metode Belajar Mengajar........................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian................................................................ 35
B.
Kehadiran Peneliti...................................................................... 36
C.
Sumber Data............................................................................... 37
D.
Prosedur Pengumpulan Data...................................................... 38
E.
Analisis Data.............................................................................. 42
F.
Keabsahan Data dan Temuan..................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Proses edukasi adalah usaha sadar
yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia baik aspek lahiriyah maupun batiniyah. Dalam rangka itu sebagai
kegiatan yang didasarkan atas tujuan yang sistematis, maka pelaksanaanya berada
dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral.
Pendidikan sebagai suatu system,
tidak lain dari suatu totalitas fungsional yang terarah dalam suatu tujuan (aim,goal).
Setiap sub system yang ada dalam system tersusun dan tidak dapat dipisahkan
dari rangkaian unsure- unsure atau komponen-komponen yang berhubungan secara
dinamis, simultan dalam suatu kesatuan. Seperti siswa, guru, media, kurikulum,
tujuan dan lain-lain.
Dalam pendidikan terdapat kegiatan
interaksi, yang selanjutnya disebut dengan interaksi pembelajaran, karena
terjadi bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Istilah lain proses ini
juga disebut “interaksi edukatif”[1],
dimana guru bertanggung jawab dalam mengantarkan siswanya kearah kedewasaan,
kemandirian berfikir, memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan membimbingnya,
sedangkan siswa berusaha aktif untuk mencapai tujuan pendidikan dengan bantuan
dan pembinaan guru.
Interaksi yang baik harus
menggambarkan hubungan yang aktif antara guru dan siswa dengan sejumlah
pengetahuan sebagai mediumnya, yang diikat dengan minat dan perhatian diantara
keduanya. Demikian juga bahwa kegiatan belajar mengajar akan terlaksana secara
efektif dan maksimal apabila minat dan perhatian tersebut berfungsi dengan
aktif. Hal ini dimaksudkan bahwa interaksi yang baik merupakan bagian dalam
mendukung tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana disebutkan bahwa;
Pembangunan di bidang pendidikan di dasarkan atas
palsafah pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia pembangunan yang
berpancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan
rohaninya,memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan
kreatifitas yang bertanggungjawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh
tenggang rasa,dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti
yang luhur,mencintai bangsanya dan sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang
termaktub dalam undang-undang dasar 1945 (Tap No.IV/MPR/1973 GBHN).
Tujuan pembelajaran merupakan salah
satu komponen dari proses interaksi antara guru dan siswa yang berfungsi
sebagai kompas dari interaksi tersebut. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka
interaksi dalam kegiatan belajar mengajar dijadikan sebagai bagian yang
integral dari aspek lingkungan sekolah yang di organisasikan.Oleh sebab itu
senantiasa harus diawasi sehingga tercipta suasana belajar yang baik yaitu dapat
menantang dan merangsang girah belajar siswa.
Dalam interaksi belajar mengajar, serang
guru sebagai pengajar sepatutnya berupaya secara maksimal dengan memanfaatkan
segenap keterampilan dan kemampuannya untuk memfasilitasi siswanya dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dan sekaligus bagian dari
pengejawantahan nilai profesi yang harus di junjung tinggi oleh setiap tenaga
pengajar. Ada empat (4) kompetensi guru dalam interaksi belajar mengajar;
1.
Mempunyai pengetahuan tentang belajar
dan tingkah laku manusia serta mampu menerjemahkan teori-teori kedalam situasi
yang riil dalam kegiatan belajar mengajar.
2.
Mempunyai sikap yang tepat terhadap diri
sendiri,teman sejawat, sekolah dan bidang studi yang dibawa.
3.
Menguasai bidang studi yang diajarkan.
4.
Mempunyai keterampilan teknis dalam
belajar mengajar, antara lain keterampilan merencanakan pelajaran, bertanya,
menilai pencapaian siswa, menggunakan strategi mengajar, mengelola kelas dan
memotivasi siswa[2]
Apabila ditinaju dari segi
pisikologi social guru berfungsi sebagai penyampai pesan atau message
(komunikator) dan siswa sebagai penerima penerima pesan atau komunikan. Disamping
itu juga guru berperan sebagai inovator dan emansivator sehingga pola interaksi
yang terbentuk merupakan manifestasi kongkrit dalam mendukung kegiatan
pembelajaran. Artinya bahwa guru memberikan kebebasan yang seluas-luasnya
kepada siswa untuk mengembangkan bakat, minat serta melakukan penjelajahan
(berekplorasi) dengan lngkungannya.
Pada perinsipnya interaksi
membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang baik tertulis maupun
persiapan diri. Karena perencanaan dan persiapan yang matang akan menjawab
kemungkinan-kemungkinan yang muncul dalam proses pembelajaran, bahkan akan
membantu anak dalam belajar efektif dan efisien. Interaksi yang baik akan
memberikan kemudahan kepada pendidik dalam menentukan, memilih prosedur, metode
dan teknik yang baik sebagai pegangan dalam mendukung kegiatan pembelajaran.
Maka penerapan pola interaksi
edukatif dalam kegiatan belajar mengajar merupakan trobosan strategis untuk
mencapai target pembelajaran. Termasuk
membangun kebersamaan guru dan siswa yang didasarkan atas prinsip pendidikan
integralistik yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan
individualisatif, sosialisatif dan moralisatif sehingga terpenuhi “kebutuhan
fundamental dari pembelajaran, baik aspek lahiriah maupun spiritual[3].
Belakangan ini interaksi edukatif
terkesan tertepikan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga terkadang guru tidak
dapat memberikan pelayanan yang konprehensif
dan maksimal kepada siswa. Begitupun siswa tidak dapat merespon dengan baik
dari pesan pengajaran yang disampaikan guru baik di dalam kelas maupun diluar
kelas (lingkungan). Kenyataan empiris tersebut sangat rentan dengan kegagalan untuk
mencapai tujuan kegiatan belajar-mengajar.
Sebelum mengangkat judul dan
memilih tempat penelitian, MI Darul Qur’an Bengkel sudah terkenal bagus untuk
jenjang pendidikan dasar Satu-satunya Madarasah Ibtidaiyah yang berdiri di Bengkel
dan mendapatkan nilai positif dari kalangan masyarakat sekitar sampai di luar daerah. MI Darul Qur’an Bengkel
adalah Madrasah Ibtidaiyah yang menerapkan didikan ke peserta didik benar-benar
dengan syariat Islam. Dan para PTK (Pegawai
Tenaga Kependidikan) di MI Darul Qur’an Bengkel adalah lulusan Universitas
daerah dan luar daerah. Atas dasar penomena di atas penulis tertarik melakukan
penelitian lebih jauh dalam bentuk proposal di MI Darul Qur’an Bengkel dengan
judul POLA INTRAKSI GURU DAN SISWA
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
KELAS IV DI MI DARUL QUR’AN BENGKEL DESA BENGKEL KEC. LABUAPI LOMBOK BARAT.
B.
FOKUS PENELITIAN
Untuk lebih terarah dan teraturnya
penulisan Proposal ini, maka ada hal-hal yang penulis harus jelaskan yaitu rumusan
masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
a.
Rumusan
Masalah
Yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah;
1. Bagaimanakah
pola interaksi GURU DAN SISWA MENINGKATKAN KEAKTIFAN belajar siswa yang diterapkan dalam menunjang
kegiatan belajar mengajar pada kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel.
2. Apakah
keunggulan pola interaksi GURU DAN SISWA MENINGKATKAN KEAKTIFAN belajar di MI Darul Qur’an Bengkel
3. Apa
saja faktor pendukung pola interaksi GURU DAN SISWA MENINGKATKAN KEAKTIFAN belajar yang unggul di MI Darul Qur’an Bengkel
b.
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui;
1. Bagaimanakah
pola interaksi guru dan siswa meningkatkan keaktifan belajar yang diterapkan dalam menunjang
kegiatan belajar mengajar pada kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel.
2. Apakah
keunggulan pola interaksi guru dan siswa meningkatkan keaktifan belajar di MI Darul Qur’an Bengkel
3. Apa
saja faktor pendukung pola interaksi guru dan siswa meningkatkan keaktifan belajar yang unggul di MI Darul Qur’an Bengkel
c.
Kegunaan
Penelitian
Dalam penelitian ini meliputi dua macam kegunaan;
1)
Kegunaan Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan guna memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan khususnya yang berkenaan dengan aspek edukatif.
2)
Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini semoga dapat
dijadikan tambahan informasi dan refrensi dalam menentukan policy education bagi para guru dan siswa dalam memberikan
penguatan positif terhadap kelancaran kegiatan belajar mengajar pada kelas IV MI
Darul Qur’an Bengkel Bengkel.
d.
Lokasi
Penelitian
Bertitik
tolak pada judul proposal yang penulis ajukan dan mengacu pada keinginan untuk
mengetahui pola interaksi guru dan siswa meningkatkan keaktifan belajar, maka peneliti mengambil lokasi di MI
Darul Qur’an Bengkel Bengkel.
Adapun yang menjadi objek
penelitian ini adalah kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel . Peneliti mengambil
kelas IV sebagai obyek penelitian disebabkan dengan beberapa alasan
diantaranya, yaitu siswa-siswi kelas IV dinilai mengalami penurunan aktifan
belajar apabila dibandingkan dengan keaktifan belajar siswa kelas IV angkatan
sebelumnya. Kemudian tingkat kepatuhan serta kedisiplinan siswa mengalami
kemunduran seperti sering masuk sekolah terlambat.
e.
Penegasan
Istilah
Agar
tidak terjadi kesalah pahaman, penulis memberikan penegasan terhadap
istilah-istilah yang dipergunakan berkenaan dengan judul proposali ini. Adapun
istilah-istilah tersebut diantaranya:
1)
Pola Interaksi
Dalam
kamus besar bahasaIndonesia pola diartikan “motif, gambar yang dijadikan
contoh”[4].
Yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah ragam-ragam atau contoh dari
suatu objek yang lebih dari satu.
Interaksi
adalah “hubungan aktif guru dan siswa”[5].
Hubungan aktif guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar akan
menentukan tercapainya tujuan yang mengikat diantara keduanya, dengan seluruh
komponen-kompoen pengajaran yang lain.
2) Kegiatan
belajar mengajar
Kegiatan
belajar mengajar adalah “kondisi yang mengikat eksistensi guru dan siswa dengan
tujuan”[6].
Dari
rumusan masing-masing pengertian tersebut, yang dimaksud dengan judul proposal
ini adalah ragam atau jenis-jenis hubungan guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar di institusi formal, termasuk dengan seluruh komponen pembelajaran, yakni
yang terdapat pada kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel.
6Slameto,
1987 hal 73.
|
C.
KAJIAN
PUSTAKA
1.
Pengertian
Interaksi dan Kegiatan Belajar Mengajar
Memberikan
definisi tentang interaksi bukan suatu hal yang baru,mengingat sudah banyaknya
para ahli yang telah memberikan definisi terhadapnya. Hal tersebut merupakan
salah satu indikasi bahwa masalah interaksi adalah masalah yang cukup serius
dan mendasar dalam setiap kegiatan dalam proses belajar mengajar.
Menurut
bahasa interaksi adalah hubungan, pendekatan, timbal balik, dan saling
mempengaruhi. Interaksi yang dimaksud dalam kehidupan social adalah hubungan
antara satu kelompok dengan kelompok lain, manusia yang satu dengan manusia
yang lain, begitu seterusnya tampa ada keterikatan yang mempengaruhi hubungan
tersebut. Sedangkan interaksi yang dimaksud pada proposal ini adalah hubungan
antara guru dengan siswanya serta seluruh komponen belajar mengajar lainnya,
dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama. Interaksi semacam ini disebut
interaksi edukatif. Karena hubungan antara guru dan siswa berlangsung dalam
suasana yang di disain untuk suatu tujuan.
Rumusan
definisi yang lain dari interaksi adalah “proses pengaruh-mempengaruhi”[7]yaitu
guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar.
Rumusan
di atas mengandung arti bahwa kemampuan yang dimiliki guru berupa kelihaian
menyatu dan melebur di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung
adalah ketentuan memposisikan diri dalam mengantarkan peserta didik untuk mencapai target pendidikan yang sudah
ditetapkan, dan diikat dengan minat dan perhatian yang sama dalam kegiatan
belajar mengajar. Guru yang mentransfer ilmu pengetahuan sedangkan siswa sebagai
konsumen dan pelanjut ilmu pengetahuan dan bertanggungjawab untuk melestarikan
dan mengembangkannya.
Disamping
itu maksud definisi di atas adalah pengajaran berintikan interaksi antara guru
dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan
dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan. Belajar merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakuakn
oleh guru. Kegiatan mengajar yang dilakuakn oleh guru sangat mempengaruhi
kegiatan belajar siswa. Apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat
menyajikan atau ekspositori, maka
para siswa akan belajar dengan cara menerima, dan apabila guru mengajar dengan
menggunakan pendekatan diskaveri/inkuiri, maka para siswa akan belajar dengan
cara yang aktif pula.
Pendapat
lain juga mengartikulasikan interaksi sebagai “hubungan timbal balik atau aksi
dan reaksi di antara orang-orang”[8].
Berdasarkan
pendapat di atas maka interaksi dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan
anatara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang di ubah oleh tingkah
laku yang lain. Melalui dorongan antar pribadi dan response antar pribadi
tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun akan berubah, proses yang
demikian merupakan prilaku timbal balik, suatu prilaku dimana masing-masing
individu mengharapakan dan menyesuaikan diri dengan tindakan yang akan
dilakukan orang lain. Di dalam hubungan interaksional inilah terjadi suatu
proses belajar mengajar yang pundamental bagi kesuksesan pembelajaran.
Pada
pendapat lain menyebutkan bahwa interaksi merupakan “gambaran hubungan aktif
dua arah antara guru dan siswa yang berlangsung dalam ikatan tujuan
pendidikan.”[9].
Interaksi
dalam pengertian diatas adalah yang memegang peranan penting bagi keberhasilan
pengajaran yaitu proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan pengajaran yang
baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik, termasuk didalamnya tujuan
pengajaran yang ingin dicapai. Interaksi ini disebut interaksi edukatif, yaitu
hubungan dua arah antara guru dan siswa dengan sejumlah norma sebagai mediumnya
untuk mencapai tujuan pendidikan. Beberapa ciri belajar-mengajar sebagai
berikut :
1. Interaksi
belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu
perkembangan tertentu.
2. Ada
suatu prosedur (jalanya interaksi) yang direncana, didisain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3. Interaksi
belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
4. Ditandai
dengan adanya aktifitas siswa.
5. Dalam
interaksi belajar menagajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6. Di
dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin dan batas waktu[10].
Dalam
undang-undang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa
dam berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani
dan rohani, keperibadian yang mantap dam mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan[11].
Dari beberapa uaraian
dan definisi diatas dapat dipahami bahwa, interaksi adalah proses timbal balik,
saling pengaruh mempengaruhi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yang diikat dengan norma-norma serta tujuan menjadi rujukan
keberhasilan. Interaksi dalam pembelajara bukan saja terjadi didalam kelas,
tetapi juga dapat berlangsung di luar kelas.Di dalam kelas kegiatan mengajar
dapat terpenuhi apabila didukung dengan kehadiran siswa. Lain halnya dengan
kegiatan belajar, siswa dapat belajar meskipun tampa kehadiran guru yaitu para
siswa dapat melakukan kegiatan belajar mandiri.
Interaksi belajar
mengajar yang terjadi didalam kelas, mungkin dilanjutkan diluar kelas atau
diluar sekolah. Kegiatan belajar sendiri diluar kelas atau diluar sekolah ini
berfungsi memantapkan, memperdalam dan memperluas bahan ajaran yang diberiakan
guru di dalam kelas. Sehingga interaksi tersebut mencerminkan suasana belajar
mengajar yang komunikatif dan edukatif.
2.
Pengertian
Belajar Mengajar
Pada
bidang pendidikan dikenal akrab dengan profesi guru, dosen, instruktur, siswa
dan mahasiswa sebagai penentu terhadap keberlangsungan belajar mengajar.Istilah
belajar mengajar tidak asing lagi dalam usaha pemindahaan penetahuan dan
pengalaman terhadap orang yang belum mengetahui, kondisi tersebut senantiasa
disinkronisasikan dengan kegiatan belajar menagajar antara guru dan siswanya.
Belajar
adalah “suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menggapai serta menganalisa
bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada
kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajiakan itu”[12].
Dari
definisi diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu rangkaian proses
kegiatan respons yang terjadi dalam proses belajar mengajar, yang menimbulkan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan pengetahuan yang
diperoleh. Pendapat ini senada dengan (principles
and tech niques of intruction) yang menyebutkan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Tingkah laku dapat
bersifat jasmaniah dan dapat juga bersifat intelektual atau merupakan suatu
sikap sehingga tidak mudah dilihat.Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar yaitu; “perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam
belajar bersifat kontinyu dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan
dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah
laku”[13].
Secara
psikologis belajar merupakan suatu proses yang komplek dalam perubahan tingkah
laku semua orang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, dan berlangsung seumur hidup, “Perubahan tersebut akan
nyata dalam diridan seluruh aspek aktivitas”[14].
Dari
pengertian yang dikemukakan oleh Slameto di atas belajar dapat dipahami sebagai
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara koprehensif, sebagai hasil pengalamanya sendiri
dalam interaksi dengan lingkunganya.
Berdasarkan
pada definisi yang sudah diuraikan tersebut dapat diambil pengetahuan bahwa :
a. Dalam
belajar tingkah laku yang berubah, baik tingkah laku jasmaniah dan ruhaniah.
b. Perubahan
itu terjadi karena pengalaman (menghadapi situasi baru) dan latihan.
c. Perubahan
tingkah laku yang bukan karena hasil pendidikan tidak diperlukan belajar.
Misalnya tingkah laku yang berubah karena mabuk dan lain sebagainya.
d. Belajar
menyangkut perubhan dalam suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Hal ini
berarti bahwa belajar membutuhkan waktu.
Sedangkan perubahan yg terjadi
sebagai hasil belajar beranjak dari teksotomi bloom meliputi domain-domain
sebagai berikut:
1. Kognitif
meliputi perubahan –perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan
perkembangan keterampilan atau kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan
pengetahuan tersebut.
2. Afektif
meliputi perubahan-perubahan dari segi sikap mental, perasaan dan kesadaran.
3. Psikomotor
meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik.
Mengajar
sebagai “suatu kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada siswa agar dapat
menerima,menanggapi,menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran”[15].
Mengajar menurut arifin tersebut di
atas mengandung tujuan agar pelajar dapat memperoleh pengetahuan yang kemudia
dapat mengembangkan dengan pengembanagan itu siswa mengaami perubahan tingkah
laku.Bahan pelajaran yang disampaikan berproses melali metode tertentu, sehingga
dengan metode yang digunakan tujuan pengajaran dapat tercapai.Pernyataan lain
mengatakan bahwa mengajar adalah “bimbingan kepada siswa dalam proses belajar”[16].
Definisi diatas menunjukan bahwa
dalam proses belajar mengajar yang aktif adalah siswa yang mengalami proses
belajar. Guru hanya sebagai pembimbing, penunjuk jalan dan pemberi motivasi.
Teori ini berlawanan dengan teori mengajar tradisional yang berpusat pada
kepentingan guru (teacher centered).
Teori mengajar modern memberikan kesempatan kepada siswa memupuk aktivitas
belajar sendiri (self activity),
dimana siswa diberi kebebasan untuk belajar sedangkan guru mengarahkan dan
merangsang semanagat siswa.
Pada rumusan lain mengajar adalah
“usaha guru untuk menciptakan atau mengatur lingkungan sedemikian rupa,sehingga
terjadi interaksi antara siswa dan lainnya termasuk guru,alat pelajaran,
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, sumber belajar, metode dan
evaluasi sehingga tercapai target pembelajaran yang telah ditentukan”[17].
Dari
pendapat diatas seorang pengajar memiliki fungsi sebagai komunikator.Pengajar
berfunsi sebagai sumber dan penyedia informasi.Kemudian menyaring, mengevaluasi
informasi yang tersedia dan mengolahnya ke dalam suatu bentuk yang cocok bagi
penerima informasi (komunikasi), sehingga kelompok penerima informasi dapat
memahami pesan informasi tersebut dengan baik.Sedangkan definisi mengajar pada
kesempatan yang berbeda menyebutkan bahwa “cara menanamkan pengetahuan pada
seseorang dengan cara paling singkat dan tepat”[18].
Dari rumusan di atas dapat
diketahui bahwa waktu yang singkat sangat penting damn monumental dijadikan
sebagai kesempatan untuk melakukan doktrin-doktrin supaya siswa mampu memilah
dan memutuskan kebijakan hidupnya dengan perantara kegiatan pembelajaran. Guru
disini harus memperhatikan perbedaan individual yang terdapat pada siswa-siswi
sehingga perlu diberlakukan sistim klasikal. Selanjutnya pendapat lain
merincikan pengertian belajar sebagai berikut:
1. Mengajar
merupakan menyampaikan pengetahuan kepada siswa disekolah. Kriteria ini sama
dengan pendapat teori yang bersikap pada mata pelajaran yang disebut formal
atau tradisional.
2. Mengajar
merupakan mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan
formal. Perumusan ini bersifat lebih umum apabila dibandingkan dengan rumusan
pertama.
3. Mengajar
merupakan usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan suasana belajar
siswa yang kondusif dengan menitik beratkan pada keaktifan siswa dan kondisi
lingkunagan dalam proses belajar mengajar.
4. Mengajar
adalah memberikan bimbingan belajar kepada siswa.
5. Mengajar
adalah kegiatan mempersiapakan siawa untuk menjadi warga negara yang baik
sesuai dengan tuntutan masyarakat,[19].
Dari berbagai uraian
definisi-definisi diatas dapat dipahami bahwa aktifitas mengajar adalah usaha
kreatif dan berkesinambunagan yang dilakuakan secara ikhlas. Atau proses
tansfer pengetahuan dari tidak mengetahui menjadi mengetahui dalam rangka pencapaian target yang telah
disepakati. Siswa merespon dengan baik dan mampu menerjemahkan dengan dinamika
masyarakat sebagai bentuk penguasaan terhadap materi pembelajaran yang sudah
diterima. Jadi istilah belajar mengajar adalah peristiwa yang berbeda, akan
tetapi memiliki kaitan yang erat dalam menunjang interaksi pembelajaran.
3.
Ciri-ciri
belajar mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan
yang bernilai normatif belajar mengajar memiliki beberapa ciri;
a. Belajar
mengajar harus memiliki tujuan. Artinya bahwa untuk membentuk siswa dalam suatu
perkembangan tertentu harus mempunyai perencanaan yang matang dengan hipotesis
ilmiah tentang target pencapaian secara sadar dan terarah. Signifikansi tujuan
dapat terlihat pada definisi tujuan yang disampaikan Djamarah sebagai berikut:
Tujuan
dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif.
Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan
kepada anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di
sekolah maupun di luar sekolah.[20]
b. Adanya
prosedur yang direncanakan. Untuk mencapai tujua yang telah ditetapkan, maka
dalam melakukan interaksi perlu ada langkah-langkah sistematik yang bersingkron
antara komponen-komponen pembelajaran secara kolektif.
c. Kegiatan
belajar mengajar diwarnai dengan penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini
materi harus didesain sedemikian rupa sehingga memiliki relevansi untuk
mencapai tujuan pendidikan.
d. Kegiatan
belajar mengajar harus diwarnai dengan aktivitas siswa sebagai konsekwensi
bahwa siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Aktivitas siswa baik secara fisik maupun secara mental sebagaimana
konsep belajar CBSA.
e. Dalam
kegiatan belajar mengajar hendaknya guru berperan sebagai pembimbing. Guru
bertanggung jawab menghidupkan dan memberikan stimulasi terhadap siswa dalam
menjalin interaksi komunikatif yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator
dalam segala situasi, sehingga guru merupakan tokoh yang terkemuka dan ditiru
tingkah lakunya oleh siswa.
f. Dalam
kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar
mengajar diartikulasikan sebagai pola tingkah laku yang diatur menurut
ketentuan yang sudah disepakati oleh pihak guru dan siswa dengan sadar.
Mekanisme konkrit dari kepatuhan terhadap ketentuan tersebut akan dilihat dari
pelaksanaan pembelajaran sedang berlangsung. Apabila langkah-langkah yang
ditempuh berlawanan dengan ketentuan yang sudah digariskan berarti
indikator tersebut adalah pelanggaran
dan kegagalan.
g. Adanya
batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam sistem berkelas, batas
waktu menjadi salah satu ciri yang tidak dapat dinapikan, sebab setiap tujuan dialokasikan
waktu dalam pencapainnya.
h. Adanya
evaluasi. Evaluasi merupakan bagian integral dari proses pengajaran, setelah
guru melaksanakan pendemonstrasian materi maka evaluasi harus dilakukan untuk
mengukur keberhasialan pembelajaran yang di tempuh.
Ada pandangan yang mengemukakan tentang
fungsi evaluasi sebagai berikut:
1. Untuk
memberikan umpan balik (feed back)
kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta
mengadakan perbaikan program bagi siswa.
2. Untuk
memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap
siswa. Antara lain digunakan dalam rangka memberikan laporan kemajuan belajar
siswa kepada orang tua, penentuan lulus atau tidaknya seorang siswa.
3. Untuk
menentukan siswa di dalam situasi belajar mengajaryang tepat, sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimiliki siswa.
4. Untuk
mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) siswa yang mengalami
kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat digunakan sebagai dasar pemecahaan
kesulitan yang timbul.[21]
4.
Pola-pola
Interaksi dalam Kegiatan Belajar mengajar
Belajar
mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif. Belajar mengajar
adalah suatu proses yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan. Tujuan adalah
sebagai pedoman dan rujukan kearah mana akan dibawa dan dibentuk seperti apa
proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil apabila
hasilnya mampu menghantarkan siswa pada iklim perubahan dan pengetahuan yang
baru, pemahaman yang segar, keterampilan yang memadai dan nilai sikap intrinsik
yang terpatri pada diri siswa.
Interaksi belajar mengajar dikatakan
bernilai normatif, karena didalamnya ada sejumlah norma yang mengatur dan
mengarahkan jalannya proses pembelajaran, kondisi tersebut dikenal dengan
interaksi edukatif. Dikatakan edukatif karena ketika suasana belajar mengajar
berlangsung guru dan siswa sama-sama aktif dan diikat dengan norma dan tujuan.Kegiatan
interaksi dalam belajar mengajar sangat beraneka ragam corak dan jenisnya.Mulai
dari kegiatan pembelajaran yang di dominasi oleh guru sampai pada kegiatan
mandiri yang dilakukan oleh siswa.Hal ini tentu saja bergantung pada
keterampilan guru dalam mengelola kelas yang terangkai dengan kegiatan
interaksi menjadi medianya.Ada beberapa keterampilan dasar yang harus dikuasai
oleh guru.
Sebagian ahli mengemukakan tentang
beberapa keterampilan guru antara lain “(1) keterampilan bertanya, (2)
keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4)
keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6)
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola
kelas, dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan”[22].
Penjelasan masing-masing keterampilan diatas sebagai berikut:
1. Keterampilan
bertanya atau questioning skills.
Dalam
proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang
tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan
dampak posotif terhadap siswa. Keterampilan dan kelancaran bertanaya dari
seorang guru perlu dilatih dan ditingkatkan baik menyangkut isi pertanyaan dan
teknik bertanya.
2. Keterampilan
memberi penguatan
Penguatan
atau reinfocement dalah bentuk
respons, apakah bersifat verbal atau non verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatanya sebagai suatu
tindak dorongan ataupun koreksi.
3. Keterampilan
mengadakan variasi
Variasi
adalh kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang
ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar
mengajar siswa senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme serta penuh
partisipasi.
4. Keterampilan
menjelaskan
Yang
dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian
informasi secara lisan dan diorganisasi secara sistematik untuk menunjukan
adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat,
definisi dengan contoh dan lain sebagainya.
5. Keterampilan
membuka dan menutup pelajaran
Istilah
ini dikenal juga dengan set induction yaitu
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan pro kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
apa yang akan dipelajari sehingga memberi efek yang fositif terhadap kegiatan
belajar mengajar.
6. Keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil
Siswa
dalam berdiskusi dengan kelompoknya tentang berbagai informasi, pemecahan
masalah atau pengambilan kesimpulan hendaknya guru berperan untuk menengahi dan
menetralisir setiap permasalahan yang timbul.
7. Keterampilan
mengelola kelas
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara suasana belajar
yang optimal dan menenangkanya bila terjadi gangguan atau keributan dalam
proses pengajaran berlangsung.
8. Keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Penggunaan
varian interaksi selama pembelajaran berlangsung mutlak dilakukan guru,
dimaksudkan supaya tidak menimbulkan kebosanan, ketegangan kegelisahan, serta
untuk menghidupkan dan menyegarkan suasana kelas sehingga merangsang semangat
dan konsentrasi belajar siswa. Demikian ini dapat mengantarkan pada target
pembelajaran yang sudah diterminir secara keseluruhan.
Adapun
beberapa ragam pola interaksi sebagai berikut: “(a) pola guru siswa, (b) pola
guru-siswa-guru, (c) pola guru siswa-siswa, (d) pola guru-siswa,siswa-guru,siswa-siswa,
dan (e) pola melingkar”[23]
a. Pola
guru siswa
G
|
S
|
S
|
S
|
Komunikasi
sebagai aksi satu arah
Dimana
seluruh komponen pembelajaran bertumpu pada guru. Siswa berposisi sebagai
pendengar dan mematuhi segala yang disampaikan oleh guru tampa ada tanggapan
dari pihak siswa.
b. Pola
guru-siswa-guru
G
|
S
|
S
|
S
|
Ada
balikan (feed back) bagi guru,tidak
ada interaksi antara siswa (komunikasi sebagai interaksi).
Setelah guru menyajikan materi
pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti, untuk memperoleh
penjelasan.
c. Pola
guru-siswa-siswa
G
|
S
|
S
|
S
|
Ada
tanggapan balik bagi guru, siswa saling belajar satu sama lainya.
Guru
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dan sesama siswa untuk
mendiskusikan persoalan yang ada pada materi yang dibawakan oleh guru.
d. Pola
guru-siswa,siswa-guru, siswa-siswa
G
|
S
|
S
|
S
|
S
|
Interaksi optimal antara guru dan
siswa dan antara siswa dengan siswa (komunikasi sebagai) interaksi multi arah.
Bentuk
interaksi ini adalah membebaskan siswa dalam menentukan proses pembelajaran
yang ditempuh namun guru berperan sebagai fasilitator dan mediator. Siswa
berpeluang sepenuhnya untuk berekspresi sesuai dengan tingkat kemampuanya.Siswa
diberikan keluasan dalam mengembangkan bakat minatnya, memanfaatkan
lingkunganya sebagai pendukung dan stimulasi dalam rangkaian kegiatan belajar
mengajar. Proses pembelajaran bukan saja berlangsung didalam kelas tetapi lebih
besar pengaruhnya pembelajaran yang terlakasana diluar lingkungan sekolah.
e. Pola
melingkar
G
|
S
|
S
|
S
|
S
|
S
|
Setiap siswa mendapat giliran untuk
mengemukakan sambutan atau jawaban.Tidak diperkenankan berbicara dua kali
apabila setiap siswa belum dapat giliran.
Pola ini mengesankan bahwa upaya
untuk membangkitkan dan memancing giroh siswa dalam bersikap kritis, membiasakan
untuk menyampaikan pendapat dan permasalahan sehingga menghilangkan kekakuan
dan menanamkan mental pemberani dan berjiwa kompetitif.
5.
Metode
Belajar Mengajar
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang
sangat kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar tersebut sangat kompleks
maka hamper tidak mungkin untuk menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode
belajar mengajar tertentu lebih unggul daripada metode belajar mengajar yang
lainnya. Dalam ikhtiar mencapai tujuan maka guru, siswa, materi pelajaran serta
lingkungan harus dalam kondisi seimbang selamanya. Berikut ini diperkenalkan
oleh para pendidik beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran antara lain: “(1) metode mengingat, (2) metode ceramah, (3) metode
diskusi, (4) metode parabel, (5) metode skolastik, (6) metode pemecahan
masalah, (7) metode proyek dan (8) metode studi kasus”[24]
1. Metode
mengingat
Metode
mengingat adalah metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang
pernah dicoba secara benar seperti apa adanya. Metode ini banyak digunakan
untuk menghapal ayat-ayat suci Al- Qur’an dan Hadits. Langkah yang perlu
dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah :
a. Mengulang
yakni membaca atau mengikuti berulang-ulangapa yang di ucapakan oleh pengajar.
b. Meresitasi
yaitu mengulang secara individual, guru menunjukan perolehan hasil belajar
tentang apa yang telah dipelajari.
c. Retinasi
ialah ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari bersifat
permanen.
2. Metode
ceramah
Metode
ceramah adalah cara penyampaian pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode
ceramah efektif untuk keperluan penyampaian informasi, definisi atau pengertian. Langkah-langkah
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini meliputi :
a. Mendefinisikan
istilah-istilah tertentu
b. Pembuatan
sub-sub bagian dari materi yang diceramahkan
c. Pembuatan
ikhtisar dalam bentuk pengungkapan inti pembicaraan
3. Metode
diskusi
Metode
diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa yang dihadapkan
kepada sesuatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Tiga langkah utama yang dapat
dipakai dalam metode ini :
a. Penyajian
terhadapa masalah atau topik yang meminta pendapat, evaluasi dan pemecahaan
dari siswa.
b. Bimbingan,
pengarahan yang terus menerus dan secara bertujuan yang diberikan guru selama
proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan pikiran-pikiran yang
telah dikemukakan.
c. Pengikhtisaran,
yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran yang tertuang dalam diskusi.
3.1 Jenis-jenis
diskusi
Ada beberapa jenis diskusi yaitu : “(1)
whole group, (2) buzz group, (3) panel, (4) sundicate
group, (5) brain storming group,
(6) symposium, (7) informal debate ,
(8) colloquium, dan (9) fish bowl”[25]
a.
Whole
group merupakan satu kelompok diskusi.
Kelompok diskusi ini idealnya apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang
.
b.
Buzz
group adalah satu kelompok diskusi dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang.
c.
Panel
adalah satu kelompok kecil biasanya 3-6 orang mendiskusikan satu subjek dengan
model susunan duduk semi melingkar.
d.
Sundicate
group merupakan satu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
yang terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas latihan.
e.
Brain
storming group ialah terdiri dari beberapa
kelompok dan setiap kelompok menyumbangkan ide-ide baru.
f.
Symposium
adalah beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu subyek
tertentu, dan membacakan dimuka peserta secara singkat (5-20 menit) kemudian
dikeritisi dengan sanggahan dan pertanyaan selanjutnya dirumuskan sebagai
hasil.
g.
Informal
debate yaitu kelas dibagi menjadi dua yang agak sama besarnya dan mendiskusikan
subyek yang hangat, actual diperdebatkan tampa memperhatikan aturan debat
formal.
h.
Colloquium,
seseorang atau beberapa orang sumber menjawab pertanyaan audience.
i.
Fish
bowl adalah beberapa orang peserta dipimpin
oleh seseorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan.
4. Metode
parable
Metode
parabel adalah cara penyajian pelajaran dengan suatu cara sederhana dimana sesuatu yang abstrak dapat dijelaskan
berdasarkan hal yang mudah diketahui untuk menyajikan pesan moral atau
kebenaran teoritik. Metode parabel dapat berlangsung melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Menyatakan
suatu analogi tentang konsep yang belum dikenal siswa.
b. Deproposal
detail, dimana guru menyatakan sejumlah ciri yang sudah dikenal siswa.
c. Kesimpulan
kemudian harus diambil menjelang analogi berakhir.
5. Metode
skolastik
Dalam
metode skolastik guru gemar berfikir dan menantang siswanya melakukan hal yang
sama dan baru. Bukan saja harus mengemukakan semua alasan yang mendukung konsep
yang ingin diajarkanya melainkan guru juga harus berusaha menemukan dan
memecahkan segala ketentuan yang mungkin dapat diajukan. Metode ini pada
dasarnya terdiri dari lima langkah :
a. Pertanyaan
pembuka yang dikemukaakn oleh guru.
b. Penyajian
mengenai keberatan utama bagi jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan.
c. Pernyataan
mengenai hal yang berlawanan dengan argumentasi yang dikemukakan.
d. Pembuktian
guru terhadap pendapat-pendapat yang kontras.
e. Penolakan
butir demi butir terhadap segala keberatan yang telah dikemukakan sebelumnya.
6. Metode
pemecahan masalah
Metode
pemecahan masalah dimaksud adalah membeberkan latihan kepada siswa dalm
berfikir.Metode ini dapat menghindarkan untuk membuat kesimpulan tergesa-gesa,
menimbang-nimbang berbagai kemungkinan pemecahan dan menggunakan pengambilan
keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup. Metode ini dapat dilakukan
melalui beberapa langkah sebagai berikut :
a. Pengenalan
tingkat kesulitan
b. Pendefinisian
masalah
c. Saran-saran
mengenai berbagai kemungkinan pemecahan
d. Pengujian
hipotesis
e. Memverifikasi
kesimpulan
7. Metode
proyek
Metode
proyek menekankan pada belajar melalui mengerjakan (learning by doing). Metode ini terdiri dari 4 langkah :
a. Espolarasi,
mengetest siswa tentang hal yang sudah diketahuinya mengenai sesuatu masalah.
b. Presentasi,
ceramah dengan maksud untuk memberikan pandangan mengenai suatu masalah.
c. Asimilasi,
presentasi yang disesuaikan dengan kemampuan murid
d. Organisasi,
murid mengorganisasikan hal yang dipelajari kedalam bentuk yang logis.
e. Rislasi,
siswa mengajukan hasil pekerjaan secara lisan dan tulisan.
8. Metode
study kasus
Metode
study kasus dapat memberikan pengalaman dalam pengambilan keputusan merangsang
konseptualisasi yang didasarkan pada kasus individu. Metode ini dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pemilihan
kasus. Kasus yang dipilih harus representatif dalam pemecahan suatu masalah
sehingga banyak hal yang dapat dipelajari.
b. Membaca.
Setiap siswa perlu membaca dengan cermat cerita mengenai kasus tersebut secara
pendidikan.
c. Analisis.
Selama atau sesudah membaca setiap siswa disalurkan untuk menganalisis kasus
itu setahap demi setahap.
d. Diskusi.
Setelah penilaian kasus secara individual selesai, maka tiba saatnya bagi semua
siswa dikelas mempertukarkan keputusan dan pertimbangannya secara lisan
mengenai kasus itu.
BAB II
METODE PENELITIAN
A.
PENDEKATAN
PENELITIAN
Pendekatan yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena data atau informasi yang
penulis butuhkan atau kumpulkan lebih berbentuk uraian dan
keterangan-keterangan. Sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif ialah :
“Penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya dengan tidak dirubah dalam
bentuk simbol-simbol atau bilangan-bilangan”[26]
Dari batasan tersebut di atas dapat
dipahami, bahwa dengan pendekatan kualitatif itu diarapkan kepada latar
belakang obyek penelitian individu secara wajar dan utuh.Jadi dalam hal ini
penelitian kualitatif tidak dimulai dari hipotesis sebagai generalisasi
melainkan bertolak dari data bersifat individu/khusus untuk menyimpulkan
kesimpulan umum.
Untuk mempermudah dalam menentukan
apakah suatu penelitian tersebut digolongkan penelitian kualitatif atau yang
lainnya, maka berikut peneliti akan mengemukakan ciri tertentu dalam penelitian
kualitatif ialah sebagai berikut:
a. Tatanan
alamiah merpakan sumber data yang bersifat utuh dan peneliti sebagai instrumen
kunci.
b. Mengendalikan
manusia sebagai alat penelitian
c. Menadakan
analisa data secara induktif
d. Bersifat
deskriptif
e. Lebih
mementingkan proses dari pada hasil
f. Membatasi
studi dengan focus
g. Memiliki
seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan
h. Hasil
penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, obyek dan peneliti.[27]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian lapangan yang berorientasi pada penomena alamiah
di lapangan yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisa induktif.Jika
cirri-ciri tersebut dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan di lapangan,
maka yang menjadi sumber datanya adalah individu-individu yang terlibat
langsung dalam objek penelitian ini yang berbentuk fisik berupa sarana dan
prasarana yang ada dalam peranan kepala sekolah dalam menunjang efektifitas
belajar mengajar.Pendekatan kualitatif sifat interview lebih tepat untuk
memperoleh data-data yang akurat dan yang sewajarnya.
B.
KEHADIRAN
PENELITIAN
Tugas pokok seorang peneliti dalam
penelitian kualitatif jika dikaitkan dengan kehadiran peneliti di lapanan
adalah sebagai instrument kunci dan sekaligus sebagai pengumpul datau atau
informasi dari obyek yang diteliti dan bukan bermaksud untuk mempengarui subyek
penelitian tetapi semata-mata untuk mendapatkan data-data yang akurat dan
sewajarnya.Dalam funsi sebagai pelaksana atau pokok sebagai instrument
penelitian maka peneliti mengadakan beberapa bentuk kegiatan dalam upaya
mendapatkan data yang diinginkan.Seperti menadakan wawancara dengan kepala
sekolah, staf dan dewan guru yang terletak di MI Darul Qur’an Bengkel.
C.
SUMBER
DATA
Dalam penelitian ini menggunakan sampel
sebagai sumber data dan karenanya sebelum penentuan sampel, sangat perlu
diketaui terlebih dahulu populasi dalam penelitian. Populasi adalah keselruan
obyek penelitian yang terdiri dari manusia, bendabenda, tumbuan, gejalagejala,
nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertent dalam suatu penelitian.[28]
Sampling dalam penelitian kualitatif
bukan untuk melakukan generalisasi terhadap populasi yang besar, tetapi untuk
mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya, informasi yang esensial yang
dibutukan dalam penelitian yang dilakukan dan yang ditekankan adala ditemukannya
esensi dalam penelitian yang diteliti.
Dalam penelitian yang kualitatif menurut
Lincoln dan Guba penelitian mulai dengan asumsi bawa konteks itu kritis
sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri,
selain itu peneliti sanat erat kaitannya denan factor-faktor kontekstual.[29]
Jadi maksud sampling dalam al ini adalah
untuk menjaring sebanyak mungkin atau informasi dari beberapa sumber yang
diperlukan. Dengan demikian tujuan bukanlah memusatkan diri pada adanya
perbedaan-perbedaan yang nantinya akan dikembangkan kedalam generalisasi.
Maksud lain dari sampling adalah
menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dari teori yang
muncul. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif menggunakan sampel
bertujuan (Proposive Sampling),
dimana sampel diambil bukan tergantung dari populasi melainkan sesuai dengan
tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini agar mendapatkan
data dan informasi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian maka data
atau temuan itu dapat diperole dari:
a. Kepala
sekolah MI Darul Qur’an Bengkel
b. Staf
administrasi di MI Darul Qur’an Bengkel
c. Guru
kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel
d. Guru
mata pelajaran MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel
e. Siswa
kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel, serta lingkungan yang terkait
permasalahan penelitian yang diangkat peneliti
Peneliti
mengambil subyek penelitian di atas dikarenakan untuk memudahkan mendapatkan
data atau temuan, lebih jelasnya memudahkan peneliti.
D.
PROSEDUR
PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data adala suatu cara
ang disusun dengan maksud digunakan dalam upaya memperoleh dan menumplkan
sejumlah data yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.
Adapun metode-metode yang digunakan
dalam pengumpulan data pendidikan penelitian ini adalah:
a. Metode
Observasi
Observasi
atau pengamatan berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat
mungkin sampai yang sekecil-kecilnya sekalipun[30]
atau menurut Bog dan Biklen bahwa pengamatan sebagai penelitian yang beririkan
interaksi sosial yang mencakup lama
waktu antara penelitian dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu
data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan sistematis tanpa adanya
gangguan.
Dari
definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengamatan tau metode
observasi yaitu mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif kepercayaan,
perhatian, keabsahan, dan sebagainya.
Observasi
atau pengematan dalam penelitian kualitatif dilakukan atas situasi yang
sebenarnya, yang wajar tanpa dipersiapkan, dirubah atau bahkan diadakan khusus
untuk keperluan penelitian, dengan tujuan yang memungkinkan pengamat meliat
dunia sebagaimana yang dilihat oleh subyek penelitian, atau memungkinkan
peneliti meraskan apa yang dirasakan dan apa yang dihayati oleh subyek sehingga
memungkinkan pula peneliti sebagai sumber data.
Metode
penulis digunakan untuk memperoleh data tentangpola interaksi guru dan siswa
dalam mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar pada kelas IV MI Darul
Qur’an Bengkel
1) Letak
geografis MI Darul Qur’an Bengkel
2) Situasi
iklim kerja
3) Keadaan
sarana dan prasarana
4) Situasi
kegiatan belajar mengajar
b. Metode
Interview
Interview
atau wawancara dapat juga disebut kuisioner lisan, didalam pemberian batasan
tentang interview beberapa ahli mendefinisikan sebagai berikut:
1) Menurut
Lexy J Moleong, interview berarti percakapan yang dilakukan dengan maksud
tertentu yang dilakukan oleh dua orang atau dua pihak yaitu pewawancara dan
piak yang diwawancarai.
2) Interview
dapat juga berarti teknik komunikasi langsung.[31]
Berdasarkan
definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan interview adalah
suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan dialog antara dua orang
atau lebih dengan berhadapan muka dimana percakapan tersebut ditunjukkan pada
masalah-masalah tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.
Adapun
harapan peneliti dengan menggunakan metode ini dapat menjaring /mengumpulkan
data sebagai berikut:
1)
Usaha yang dilakukan
Kepala Sekolah dalam menunjang efektifitas belajar mengajar MI Darul Qur’an
Bengkel
2)
Usaha yang dilakukan
Guru kelas dan guru mata pelajaran dalam menunjang efektifitas belajar mengajar
di kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel
c. Metode
Dokumentasi
Metode
dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah,
agenda, dan lain-lain.[32]
Dalam
kaitannya dengan batasan yang diberikan atas yang dimaksud dengan metode
dokmentasi dalam penelitian ini adalah metode untuk mengmpulkan data tertulis
berupa dokumen atau catatan-catatan penting tentang MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel
seperti:
1) Sejarah singkat berdirinya MI Darul Qur’an Bengkelataram
2) Struktur
organisasi MI Darul Qur’an Bengkel
3) Sejarah
berdirinya sekolah tersebut
4) Notulen
rapat sekolah
Data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1) Daftar
nama guru atau tenaga pengajar
2) Daftar
nama staf administrasi sekolah/MI Darul Qur’an Bengkel
3) Daftar
fasilits yang tersedia
E.
ANALISIS
DATA
Dalam penelitian kualitatif, terutama
setelah data ditemukan atau dikumpulkan, maka selanjutnya data tersebut
dianalisa, sehingga hasil generalisasi rangkuman atau iktisar menjadi
bermanfaat adanya.
Adapun teknik analisa yang digunakan
adalah teknik induktif atau metode induktif yang merupakan suatu metode
berfikir dari data tersebut ditarik generalisasi-generalisasi yang bersipat
umum.[33]
Berangkat dari batasan di atas maka
penelitian mengunakan metode ini untuk mengumpulkan hasil dari observasi
wawancara dan hasil penelitian lainny.Denan demikian jelaslah bahwa metode
induktif ini adalah untukmenilai fakta-fakta empiris yang di temukan dan
kemudian dicocokkan dengan landasan yang ada.
F.
KEABSAHAN
DATA DAN TEMUAN
Keabsahan data bertujuan untuk
membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang
sesungguhnya ada dalam kenyataan yang ada dilokasi penelitian.
Untuk meningkatkan kredibilitas dan
keabsahan data, ada beberapa langkah yang digunakan antra lain:
Peneliti akan membahas data yang telah
diperoleh selama mengadakan penelitian yang ditunjang dengan referensi yang
terkait dengan obyek yang sedang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani HM, Abu Ahmadi H, Pengelolaan Pengajaran, Cet. Ke-2, Rineka Cipta, Jakarta, 1995
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Cet. 11, Rineka Cipta, Jakarta, 1999
Arifin, psikologi Dakwah, cet ke-4, Bumi Aksara,
Jakarta 1997
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Cet. Ke-2, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Djamarah Bahri Syaiful, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. Ke-2
Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Hasibuan J.J, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Cet. Ke-7 Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999
M. Chabib Thoha, Teknik
Evaluasi Pendidikan, Cet. Ke-4, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2001
Muktar, Martinis Yamin, Metode Pembelajaran yang berhasil, Sasama Mitra Suksesa, Jakarta,
2001
Margono, Metode
Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1996
Hadari Nawawi, Mimi Martini, Penelitian Terapan. Gajah Mada University Perss, Yogyakarta, 2005
Moelang, Metode
Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008
Sutrisno Hadi, Metode
Research. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1986
Suharsimi Arkunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta, 2002
Soetomo, Dasar-Dasar Intraksi Belajar Mengajar,
Usaha Nasional, Surabaya 1993
Langganan:
Postingan (Atom)