Senin, 08 April 2013

Ojet Krennn Buanggettt






Proposal Ojett


PROPOSAL PENELITIAN

POLA INTRAKSI  GURU DAN SISWA DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS IV DI MI DARUL QUR’AN BENGKEL DESA BENGKEL KEC. LABUAPI LOMBOK BARAT

IAIN BARU.jpg


OLEH:
AKHMAD  TURMUZI
NIM: 151. 099. 063




JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
TAHUN AJARAN 2012-2013




KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini dengan baik.
Penyusunan proposal ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh pendidikan Strata Satu (S1) Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, melalui kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih.
Akhirnya dengan penuh harapan semoga proposal ini dapat bermanpaat bagi semua pihak.
Amin- Amin Ya Robal Alamin

                                                                                Mataram,………2013



                                                                                   Penulis






DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUHAN
A.    Latar Belakang................................................................................ 1
B.     Fokus Penelitian............................................................................... 6
1.      Rumusan  Masalah....................................................................... 6
2.      Tujuan Penelitian......................................................................... 6
3.      Kegunaan Penelitian.................................................................... 7
4.      Lokasi Penelitian.......................................................................... 7
5.      Penegasan Istilah......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.   Pengertian Intraksi Dan Kegiatan Belajar Mengajar.................. 10
B.     Pengertian Belajar Belajar.......................................................... 14
C.    Ciri-ciri Belajar Mengajar............................................................ 19
D.    Pola-pola Interaksi dalam Kegiatan Belajar Mengajar............... 21
E.    Metode Belajar Mengajar........................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian................................................................ 35
B.     Kehadiran Peneliti...................................................................... 36
C.     Sumber Data............................................................................... 37
D.    Prosedur Pengumpulan Data...................................................... 38
E.     Analisis Data.............................................................................. 42
F.      Keabsahan Data dan Temuan..................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
  



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Proses edukasi adalah usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik aspek lahiriyah maupun batiniyah. Dalam rangka itu sebagai kegiatan yang didasarkan atas tujuan yang sistematis, maka pelaksanaanya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral.
Pendidikan sebagai suatu system, tidak lain dari suatu totalitas fungsional yang terarah dalam suatu tujuan (aim,goal). Setiap sub system yang ada dalam system tersusun dan tidak dapat dipisahkan dari rangkaian unsure- unsure atau komponen-komponen yang berhubungan secara dinamis, simultan dalam suatu kesatuan. Seperti siswa, guru, media, kurikulum, tujuan dan lain-lain.
Dalam pendidikan terdapat kegiatan interaksi, yang selanjutnya disebut dengan interaksi pembelajaran, karena terjadi bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Istilah lain proses ini juga disebut “interaksi edukatif”[1], dimana guru bertanggung jawab dalam mengantarkan siswanya kearah kedewasaan, kemandirian berfikir, memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan membimbingnya, sedangkan siswa berusaha aktif untuk mencapai tujuan pendidikan dengan bantuan dan pembinaan guru.
Interaksi yang baik harus menggambarkan hubungan yang aktif antara guru dan siswa dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, yang diikat dengan minat dan perhatian diantara keduanya. Demikian juga bahwa kegiatan belajar mengajar akan terlaksana secara efektif dan maksimal apabila minat dan perhatian tersebut berfungsi dengan aktif. Hal ini dimaksudkan bahwa interaksi yang baik merupakan bagian dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana disebutkan bahwa;
Pembangunan di bidang pendidikan di dasarkan atas palsafah pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitas yang bertanggungjawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur,mencintai bangsanya dan sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam undang-undang dasar 1945 (Tap No.IV/MPR/1973 GBHN).

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen dari proses interaksi antara guru dan siswa yang berfungsi sebagai kompas dari interaksi tersebut. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka interaksi dalam kegiatan belajar mengajar dijadikan sebagai bagian yang integral dari aspek lingkungan sekolah yang di organisasikan.Oleh sebab itu senantiasa harus diawasi sehingga tercipta suasana belajar yang baik yaitu dapat menantang dan merangsang girah belajar siswa.
Dalam interaksi belajar mengajar, serang guru sebagai pengajar sepatutnya berupaya secara maksimal dengan memanfaatkan segenap keterampilan dan kemampuannya untuk memfasilitasi siswanya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dan sekaligus bagian dari pengejawantahan nilai profesi yang harus di junjung tinggi oleh setiap tenaga pengajar. Ada empat (4) kompetensi guru dalam interaksi belajar mengajar;
1.        Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia serta mampu menerjemahkan teori-teori kedalam situasi yang riil dalam kegiatan belajar mengajar.
2.        Mempunyai sikap yang tepat terhadap diri sendiri,teman sejawat, sekolah dan bidang studi yang dibawa.
3.        Menguasai bidang studi yang diajarkan.
4.        Mempunyai keterampilan teknis dalam belajar mengajar, antara lain keterampilan merencanakan pelajaran, bertanya, menilai pencapaian siswa, menggunakan strategi mengajar, mengelola kelas dan memotivasi siswa[2]
Apabila ditinaju dari segi pisikologi social guru berfungsi sebagai penyampai pesan atau message (komunikator) dan siswa sebagai penerima penerima pesan atau komunikan. Disamping itu juga guru berperan sebagai inovator dan emansivator sehingga pola interaksi yang terbentuk merupakan manifestasi kongkrit dalam mendukung kegiatan pembelajaran. Artinya bahwa guru memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan bakat, minat serta melakukan penjelajahan (berekplorasi) dengan lngkungannya.
Pada perinsipnya interaksi membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang baik tertulis maupun persiapan diri. Karena perencanaan dan persiapan yang matang akan menjawab kemungkinan-kemungkinan yang muncul dalam proses pembelajaran, bahkan akan membantu anak dalam belajar efektif dan efisien. Interaksi yang baik akan memberikan kemudahan kepada pendidik dalam menentukan, memilih prosedur, metode dan teknik yang baik sebagai pegangan dalam mendukung kegiatan pembelajaran.
Maka penerapan pola interaksi edukatif dalam kegiatan belajar mengajar merupakan trobosan strategis untuk mencapai target pembelajaran.  Termasuk membangun kebersamaan guru dan siswa yang didasarkan atas prinsip pendidikan integralistik yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan individualisatif, sosialisatif dan moralisatif sehingga terpenuhi “kebutuhan fundamental dari pembelajaran, baik aspek lahiriah maupun spiritual[3].
Belakangan ini interaksi edukatif terkesan tertepikan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga terkadang guru tidak dapat memberikan pelayanan yang konprehensif dan maksimal kepada siswa. Begitupun siswa tidak dapat merespon dengan baik dari pesan pengajaran yang disampaikan guru baik di dalam kelas maupun diluar kelas (lingkungan). Kenyataan empiris tersebut sangat rentan dengan kegagalan untuk mencapai tujuan kegiatan belajar-mengajar.
Sebelum mengangkat judul dan memilih tempat penelitian, MI Darul Qur’an Bengkel sudah terkenal bagus untuk jenjang pendidikan dasar Satu-satunya Madarasah Ibtidaiyah yang berdiri di Bengkel dan mendapatkan nilai positif dari kalangan masyarakat sekitar  sampai di luar daerah. MI Darul Qur’an Bengkel adalah Madrasah Ibtidaiyah yang menerapkan didikan ke peserta didik benar-benar dengan syariat Islam. Dan para PTK (Pegawai Tenaga Kependidikan) di MI Darul Qur’an Bengkel adalah lulusan Universitas daerah dan luar daerah. Atas dasar penomena di atas penulis tertarik melakukan penelitian lebih jauh dalam bentuk proposal di MI Darul Qur’an Bengkel dengan judul POLA INTRAKSI  GURU DAN SISWA MENINGKATKAN KEAKTIFAN  BELAJAR SISWA KELAS IV DI MI DARUL QUR’AN BENGKEL DESA BENGKEL KEC. LABUAPI LOMBOK BARAT.



B.     FOKUS PENELITIAN
Untuk lebih terarah dan teraturnya penulisan Proposal ini, maka ada hal-hal yang penulis harus jelaskan yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
a.        Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah;
1.      Bagaimanakah pola interaksi GURU DAN SISWA MENINGKATKAN KEAKTIFAN  belajar siswa yang diterapkan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar pada kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel.
2.      Apakah keunggulan pola interaksi GURU DAN SISWA MENINGKATKAN KEAKTIFAN  belajar di MI Darul Qur’an Bengkel
3.      Apa saja faktor pendukung pola interaksi GURU DAN SISWA MENINGKATKAN KEAKTIFAN  belajar yang unggul di MI Darul Qur’an Bengkel
b.        Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui;
1.      Bagaimanakah pola interaksi guru dan siswa meningkatkan keaktifan  belajar yang diterapkan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar pada kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel.
2.      Apakah keunggulan pola interaksi guru dan siswa meningkatkan keaktifan  belajar di MI Darul Qur’an Bengkel
3.      Apa saja faktor pendukung pola interaksi guru dan siswa meningkatkan keaktifan  belajar yang unggul di MI Darul Qur’an Bengkel
c.          Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini meliputi dua macam kegunaan;
1)        Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan guna memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkenaan dengan aspek edukatif.

2)        Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini semoga dapat dijadikan tambahan informasi dan refrensi dalam menentukan policy education bagi para guru dan siswa dalam memberikan penguatan positif terhadap kelancaran kegiatan belajar mengajar pada kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel.
d.      Lokasi Penelitian
Bertitik tolak pada judul proposal yang penulis ajukan dan mengacu pada keinginan untuk mengetahui pola interaksi guru dan siswa meningkatkan keaktifan  belajar, maka peneliti mengambil lokasi di MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel . Peneliti mengambil kelas IV sebagai obyek penelitian disebabkan dengan beberapa alasan diantaranya, yaitu siswa-siswi kelas IV dinilai mengalami penurunan aktifan belajar apabila dibandingkan dengan keaktifan belajar siswa kelas IV angkatan sebelumnya. Kemudian tingkat kepatuhan serta kedisiplinan siswa mengalami kemunduran seperti sering masuk sekolah terlambat.
e.       Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalah pahaman, penulis memberikan penegasan terhadap istilah-istilah yang dipergunakan berkenaan dengan judul proposali ini. Adapun istilah-istilah tersebut diantaranya:
1)        Pola Interaksi
Dalam kamus besar bahasaIndonesia pola diartikan “motif, gambar yang dijadikan contoh”[4]. Yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah ragam-ragam atau contoh dari suatu objek yang lebih dari satu.
Interaksi adalah “hubungan aktif guru dan siswa”[5]. Hubungan aktif guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar akan menentukan tercapainya tujuan yang mengikat diantara keduanya, dengan seluruh komponen-kompoen pengajaran yang lain.
2)      Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah “kondisi yang mengikat eksistensi guru dan siswa dengan tujuan”[6].
Dari rumusan masing-masing pengertian tersebut, yang dimaksud dengan judul proposal ini adalah ragam atau jenis-jenis hubungan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di institusi formal, termasuk dengan seluruh komponen pembelajaran, yakni yang terdapat pada kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel.

6Slameto, 1987 hal 73.

 

C.    KAJIAN PUSTAKA
1.    Pengertian Interaksi dan Kegiatan Belajar Mengajar
            Memberikan definisi tentang interaksi bukan suatu hal yang baru,mengingat sudah banyaknya para ahli yang telah memberikan definisi terhadapnya. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa masalah interaksi adalah masalah yang cukup serius dan mendasar dalam setiap kegiatan dalam proses belajar mengajar.
            Menurut bahasa interaksi adalah hubungan, pendekatan, timbal balik, dan saling mempengaruhi. Interaksi yang dimaksud dalam kehidupan social adalah hubungan antara satu kelompok dengan kelompok lain, manusia yang satu dengan manusia yang lain, begitu seterusnya tampa ada keterikatan yang mempengaruhi hubungan tersebut. Sedangkan interaksi yang dimaksud pada proposal ini adalah hubungan antara guru dengan siswanya serta seluruh komponen belajar mengajar lainnya, dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama. Interaksi semacam ini disebut interaksi edukatif. Karena hubungan antara guru dan siswa berlangsung dalam suasana yang di disain untuk suatu tujuan.
            Rumusan definisi yang lain dari interaksi adalah “proses pengaruh-mempengaruhi”[7]yaitu guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar.
            Rumusan di atas mengandung arti bahwa kemampuan yang dimiliki guru berupa kelihaian menyatu dan melebur di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung adalah ketentuan memposisikan diri dalam mengantarkan peserta didik untuk  mencapai target pendidikan yang sudah ditetapkan, dan diikat dengan minat dan perhatian yang sama dalam kegiatan belajar mengajar. Guru yang mentransfer ilmu pengetahuan sedangkan siswa sebagai konsumen dan pelanjut ilmu pengetahuan dan bertanggungjawab untuk melestarikan dan mengembangkannya.
            Disamping itu maksud definisi di atas adalah pengajaran berintikan interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakuakn oleh guru. Kegiatan mengajar yang dilakuakn oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat menyajikan atau ekspositori, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima, dan apabila guru mengajar dengan menggunakan pendekatan diskaveri/inkuiri, maka para siswa akan belajar dengan cara yang aktif pula.
            Pendapat lain juga mengartikulasikan interaksi sebagai “hubungan timbal balik atau aksi dan reaksi di antara orang-orang”[8].
            Berdasarkan pendapat di atas maka interaksi dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan anatara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang di ubah oleh tingkah laku yang lain. Melalui dorongan antar pribadi dan response antar pribadi tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun akan berubah, proses yang demikian merupakan prilaku timbal balik, suatu prilaku dimana masing-masing individu mengharapakan dan menyesuaikan diri dengan tindakan yang akan dilakukan orang lain. Di dalam hubungan interaksional inilah terjadi suatu proses belajar mengajar yang pundamental bagi kesuksesan pembelajaran.
            Pada pendapat lain menyebutkan bahwa interaksi merupakan “gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan siswa yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.”[9].
            Interaksi dalam pengertian diatas adalah yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran yaitu proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan pengajaran yang baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik, termasuk didalamnya tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Interaksi ini disebut interaksi edukatif, yaitu hubungan dua arah antara guru dan siswa dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Beberapa ciri belajar-mengajar sebagai berikut :
1.      Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu.
2.      Ada suatu prosedur (jalanya interaksi) yang direncana, didisain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
4.      Ditandai dengan adanya aktifitas siswa.
5.      Dalam interaksi belajar menagajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6.      Di dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin dan batas waktu[10].
                       

Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dam berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, keperibadian yang mantap dam mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan[11].

                        Dari beberapa uaraian dan definisi diatas dapat dipahami bahwa, interaksi adalah proses timbal balik, saling pengaruh mempengaruhi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang diikat dengan norma-norma serta tujuan menjadi rujukan keberhasilan. Interaksi dalam pembelajara bukan saja terjadi didalam kelas, tetapi juga dapat berlangsung di luar kelas.Di dalam kelas kegiatan mengajar dapat terpenuhi apabila didukung dengan kehadiran siswa. Lain halnya dengan kegiatan belajar, siswa dapat belajar meskipun tampa kehadiran guru yaitu para siswa dapat melakukan kegiatan belajar mandiri.
                        Interaksi belajar mengajar yang terjadi didalam kelas, mungkin dilanjutkan diluar kelas atau diluar sekolah. Kegiatan belajar sendiri diluar kelas atau diluar sekolah ini berfungsi memantapkan, memperdalam dan memperluas bahan ajaran yang diberiakan guru di dalam kelas. Sehingga interaksi tersebut mencerminkan suasana belajar mengajar yang komunikatif dan edukatif.
2.      Pengertian Belajar Mengajar
            Pada bidang pendidikan dikenal akrab dengan profesi guru, dosen, instruktur, siswa dan mahasiswa sebagai penentu terhadap keberlangsungan belajar mengajar.Istilah belajar mengajar tidak asing lagi dalam usaha pemindahaan penetahuan dan pengalaman terhadap orang yang belum mengetahui, kondisi tersebut senantiasa disinkronisasikan dengan kegiatan belajar menagajar antara guru dan siswanya.
            Belajar adalah “suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menggapai serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajiakan itu”[12].
            Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu rangkaian proses kegiatan respons yang terjadi dalam proses belajar mengajar, yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh. Pendapat ini senada dengan (principles and tech niques of intruction) yang menyebutkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Tingkah laku dapat bersifat jasmaniah dan dapat juga bersifat intelektual atau merupakan suatu sikap sehingga tidak mudah dilihat.Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu; “perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku”[13].
            Secara psikologis belajar merupakan suatu proses yang komplek dalam perubahan tingkah laku semua orang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dan berlangsung seumur hidup, “Perubahan tersebut akan nyata dalam diridan seluruh aspek aktivitas”[14].
            Dari pengertian yang dikemukakan oleh Slameto di atas belajar dapat dipahami sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara koprehensif, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.
            Berdasarkan pada definisi yang sudah diuraikan tersebut dapat diambil pengetahuan bahwa :
a.       Dalam belajar tingkah laku yang berubah, baik tingkah laku jasmaniah dan ruhaniah.
b.      Perubahan itu terjadi karena pengalaman (menghadapi situasi baru) dan latihan.
c.       Perubahan tingkah laku yang bukan karena hasil pendidikan tidak diperlukan belajar. Misalnya tingkah laku yang berubah karena mabuk dan lain sebagainya.
d.      Belajar menyangkut perubhan dalam suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Hal ini berarti bahwa belajar membutuhkan waktu.
Sedangkan perubahan yg terjadi sebagai hasil belajar beranjak dari teksotomi bloom meliputi domain-domain sebagai berikut:
1.      Kognitif meliputi perubahan –perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan atau kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.
2.      Afektif meliputi perubahan-perubahan dari segi sikap mental, perasaan dan kesadaran.
3.      Psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik.
   Mengajar sebagai “suatu kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada siswa agar dapat menerima,menanggapi,menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran”[15].
Mengajar menurut arifin tersebut di atas mengandung tujuan agar pelajar dapat memperoleh pengetahuan yang kemudia dapat mengembangkan dengan pengembanagan itu siswa mengaami perubahan tingkah laku.Bahan pelajaran yang disampaikan berproses melali metode tertentu, sehingga dengan metode yang digunakan tujuan pengajaran dapat tercapai.Pernyataan lain mengatakan bahwa mengajar adalah “bimbingan kepada siswa dalam proses belajar”[16].
Definisi diatas menunjukan bahwa dalam proses belajar mengajar yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar. Guru hanya sebagai pembimbing, penunjuk jalan dan pemberi motivasi. Teori ini berlawanan dengan teori mengajar tradisional yang berpusat pada kepentingan guru (teacher centered). Teori mengajar modern memberikan kesempatan kepada siswa memupuk aktivitas belajar sendiri (self activity), dimana siswa diberi kebebasan untuk belajar sedangkan guru mengarahkan dan merangsang semanagat siswa.
Pada rumusan lain mengajar adalah “usaha guru untuk menciptakan atau mengatur lingkungan sedemikian rupa,sehingga terjadi interaksi antara siswa dan lainnya termasuk guru,alat pelajaran, tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, sumber belajar, metode dan evaluasi sehingga tercapai target pembelajaran yang telah ditentukan”[17].
   Dari pendapat diatas seorang pengajar memiliki fungsi sebagai komunikator.Pengajar berfunsi sebagai sumber dan penyedia informasi.Kemudian menyaring, mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolahnya ke dalam suatu bentuk yang cocok bagi penerima informasi (komunikasi), sehingga kelompok penerima informasi dapat memahami pesan informasi tersebut dengan baik.Sedangkan definisi mengajar pada kesempatan yang berbeda menyebutkan bahwa “cara menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat”[18].
Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa waktu yang singkat sangat penting damn monumental dijadikan sebagai kesempatan untuk melakukan doktrin-doktrin supaya siswa mampu memilah dan memutuskan kebijakan hidupnya dengan perantara kegiatan pembelajaran. Guru disini harus memperhatikan perbedaan individual yang terdapat pada siswa-siswi sehingga perlu diberlakukan sistim klasikal. Selanjutnya pendapat lain merincikan pengertian belajar sebagai berikut:
1.      Mengajar merupakan menyampaikan pengetahuan kepada siswa disekolah. Kriteria ini sama dengan pendapat teori yang bersikap pada mata pelajaran yang disebut formal atau tradisional.
2.      Mengajar merupakan mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan formal. Perumusan ini bersifat lebih umum apabila dibandingkan dengan rumusan pertama.
3.      Mengajar merupakan usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan suasana belajar siswa yang kondusif dengan menitik beratkan pada keaktifan siswa dan kondisi lingkunagan dalam proses belajar mengajar.
4.      Mengajar adalah memberikan bimbingan belajar kepada siswa.
5.      Mengajar adalah kegiatan mempersiapakan siawa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat,[19].

Dari berbagai uraian definisi-definisi diatas dapat dipahami bahwa aktifitas mengajar adalah usaha kreatif dan berkesinambunagan yang dilakuakan secara ikhlas. Atau proses tansfer pengetahuan dari tidak mengetahui menjadi mengetahui  dalam rangka pencapaian target yang telah disepakati. Siswa merespon dengan baik dan mampu menerjemahkan dengan dinamika masyarakat sebagai bentuk penguasaan terhadap materi pembelajaran yang sudah diterima. Jadi istilah belajar mengajar adalah peristiwa yang berbeda, akan tetapi memiliki kaitan yang erat dalam menunjang interaksi pembelajaran.
3.      Ciri-ciri belajar mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan yang bernilai normatif belajar mengajar memiliki beberapa ciri;
a.    Belajar mengajar harus memiliki tujuan. Artinya bahwa untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu harus mempunyai perencanaan yang matang dengan hipotesis ilmiah tentang target pencapaian secara sadar dan terarah. Signifikansi tujuan dapat terlihat pada definisi tujuan yang disampaikan Djamarah sebagai berikut:
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.[20]

b.    Adanya prosedur yang direncanakan. Untuk mencapai tujua yang telah ditetapkan, maka dalam melakukan interaksi perlu ada langkah-langkah sistematik yang bersingkron antara komponen-komponen pembelajaran secara kolektif.
c.    Kegiatan belajar mengajar diwarnai dengan penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga memiliki relevansi untuk mencapai tujuan pendidikan.
d.   Kegiatan belajar mengajar harus diwarnai dengan aktivitas siswa sebagai konsekwensi bahwa siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas siswa baik secara fisik maupun secara mental sebagaimana konsep belajar CBSA.
e.    Dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya guru berperan sebagai pembimbing. Guru bertanggung jawab menghidupkan dan memberikan stimulasi terhadap siswa dalam menjalin interaksi komunikatif yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi, sehingga guru merupakan tokoh yang terkemuka dan ditiru tingkah lakunya oleh siswa.
f.     Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar diartikulasikan sebagai pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah disepakati oleh pihak guru dan siswa dengan sadar. Mekanisme konkrit dari kepatuhan terhadap ketentuan tersebut akan dilihat dari pelaksanaan pembelajaran sedang berlangsung. Apabila langkah-langkah yang ditempuh berlawanan dengan ketentuan yang sudah digariskan berarti indikator  tersebut adalah pelanggaran dan kegagalan.
g.    Adanya batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam sistem berkelas, batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak dapat dinapikan, sebab setiap tujuan dialokasikan waktu dalam pencapainnya.
h.    Adanya evaluasi. Evaluasi merupakan bagian integral dari proses pengajaran, setelah guru melaksanakan pendemonstrasian materi maka evaluasi harus dilakukan untuk mengukur keberhasialan pembelajaran yang di tempuh.
Ada pandangan yang mengemukakan tentang fungsi evaluasi sebagai berikut:
1.    Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi siswa.
2.    Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap siswa. Antara lain digunakan dalam rangka memberikan laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tua, penentuan lulus atau tidaknya seorang siswa.
3.    Untuk menentukan siswa di dalam situasi belajar mengajaryang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa.
4.    Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat digunakan sebagai dasar pemecahaan kesulitan yang timbul.[21]

4.      Pola-pola Interaksi dalam Kegiatan Belajar mengajar
   Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif. Belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan. Tujuan adalah sebagai pedoman dan rujukan kearah mana akan dibawa dan dibentuk seperti apa proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil apabila hasilnya mampu menghantarkan siswa pada iklim perubahan dan pengetahuan yang baru, pemahaman yang segar, keterampilan yang memadai dan nilai sikap intrinsik yang terpatri pada diri siswa.
Interaksi belajar mengajar dikatakan bernilai normatif, karena didalamnya ada sejumlah norma yang mengatur dan mengarahkan jalannya proses pembelajaran, kondisi tersebut dikenal dengan interaksi edukatif. Dikatakan edukatif karena ketika suasana belajar mengajar berlangsung guru dan siswa sama-sama aktif dan diikat dengan norma dan tujuan.Kegiatan interaksi dalam belajar mengajar sangat beraneka ragam corak dan jenisnya.Mulai dari kegiatan pembelajaran yang di dominasi oleh guru sampai pada kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa.Hal ini tentu saja bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kelas yang terangkai dengan kegiatan interaksi menjadi medianya.Ada beberapa keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh guru.
            Sebagian ahli mengemukakan tentang beberapa keterampilan guru antara lain “(1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas, dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan”[22]. Penjelasan masing-masing keterampilan diatas sebagai berikut:

1.      Keterampilan bertanya atau questioning skills.
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak posotif terhadap siswa. Keterampilan dan kelancaran bertanaya dari seorang guru perlu dilatih dan ditingkatkan baik menyangkut isi pertanyaan dan teknik bertanya.
2.      Keterampilan memberi penguatan
Penguatan atau reinfocement dalah bentuk respons, apakah bersifat verbal atau non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatanya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.
3.      Keterampilan mengadakan variasi
Variasi adalh kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.
4.      Keterampilan menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan dan diorganisasi secara sistematik untuk menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh dan lain sebagainya.
5.      Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Istilah ini dikenal juga dengan set induction yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan pro kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajari sehingga memberi efek yang fositif terhadap kegiatan belajar mengajar.
6.      Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Siswa dalam berdiskusi dengan kelompoknya tentang berbagai informasi, pemecahan masalah atau pengambilan kesimpulan hendaknya guru berperan untuk menengahi dan menetralisir setiap permasalahan yang timbul.
7.      Keterampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara suasana belajar yang optimal dan menenangkanya bila terjadi gangguan atau keributan dalam proses pengajaran berlangsung.
8.      Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Penggunaan varian interaksi selama pembelajaran berlangsung mutlak dilakukan guru, dimaksudkan supaya tidak menimbulkan kebosanan, ketegangan kegelisahan, serta untuk menghidupkan dan menyegarkan suasana kelas sehingga merangsang semangat dan konsentrasi belajar siswa. Demikian ini dapat mengantarkan pada target pembelajaran yang sudah diterminir secara keseluruhan.
Adapun beberapa ragam pola interaksi sebagai berikut: “(a) pola guru siswa, (b) pola guru-siswa-guru, (c) pola guru siswa-siswa, (d) pola guru-siswa,siswa-guru,siswa-siswa, dan (e) pola melingkar”[23]
a.    Pola guru siswa
G
S
S
S
 




Komunikasi sebagai aksi satu arah
Dimana seluruh komponen pembelajaran bertumpu pada guru. Siswa berposisi sebagai pendengar dan mematuhi segala yang disampaikan oleh guru tampa ada tanggapan dari pihak  siswa.
b.      Pola guru-siswa-guru
G
S
S
S
 




Ada balikan (feed back) bagi guru,tidak ada interaksi antara siswa (komunikasi sebagai interaksi).
            Setelah guru menyajikan materi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti, untuk memperoleh penjelasan.
c.       Pola guru-siswa-siswa
G
S
S
S
 




Ada tanggapan balik bagi guru, siswa saling belajar satu sama lainya.
   Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dan sesama siswa untuk mendiskusikan persoalan yang ada pada materi yang dibawakan oleh guru.



d.      Pola guru-siswa,siswa-guru, siswa-siswa
G
S
S
S
S
 









Interaksi optimal antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa (komunikasi sebagai) interaksi multi arah.
  Bentuk interaksi ini adalah membebaskan siswa dalam menentukan proses pembelajaran yang ditempuh namun guru berperan sebagai fasilitator dan mediator. Siswa berpeluang sepenuhnya untuk berekspresi sesuai dengan tingkat kemampuanya.Siswa diberikan keluasan dalam mengembangkan bakat minatnya, memanfaatkan lingkunganya sebagai pendukung dan stimulasi dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran bukan saja berlangsung didalam kelas tetapi lebih besar pengaruhnya pembelajaran yang terlakasana diluar lingkungan sekolah.



e.     Pola melingkar
G
 


                                   
S
S
 
S
S
S
                                       

Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban.Tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum dapat giliran.
Pola ini mengesankan bahwa upaya untuk membangkitkan dan memancing giroh siswa dalam bersikap kritis, membiasakan untuk menyampaikan pendapat dan permasalahan sehingga menghilangkan kekakuan dan menanamkan mental pemberani dan berjiwa kompetitif.
5.        Metode Belajar Mengajar
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar tersebut sangat kompleks maka hamper tidak mungkin untuk menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul daripada metode belajar mengajar yang lainnya. Dalam ikhtiar mencapai tujuan maka guru, siswa, materi pelajaran serta lingkungan harus dalam kondisi seimbang selamanya. Berikut ini diperkenalkan oleh para pendidik beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran antara lain: “(1) metode mengingat, (2) metode ceramah, (3) metode diskusi, (4) metode parabel, (5) metode skolastik, (6) metode pemecahan masalah, (7) metode proyek dan (8) metode studi kasus”[24]
1.      Metode mengingat
Metode mengingat adalah metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dicoba secara benar seperti apa adanya. Metode ini banyak digunakan untuk menghapal ayat-ayat suci Al- Qur’an dan Hadits. Langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah :
a.    Mengulang yakni membaca atau mengikuti berulang-ulangapa yang di ucapakan oleh pengajar.
b.    Meresitasi yaitu mengulang secara individual, guru menunjukan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah dipelajari.
c.    Retinasi ialah ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari bersifat permanen.
2.      Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah efektif untuk keperluan penyampaian informasi,  definisi atau pengertian. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini meliputi :
a.    Mendefinisikan istilah-istilah tertentu
b.    Pembuatan sub-sub bagian dari materi yang diceramahkan
c.    Pembuatan ikhtisar dalam bentuk pengungkapan inti pembicaraan
3.      Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa yang dihadapkan kepada sesuatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Tiga langkah utama yang dapat dipakai dalam metode ini :
a.    Penyajian terhadapa masalah atau topik yang meminta pendapat, evaluasi dan pemecahaan dari siswa.
b.    Bimbingan, pengarahan yang terus menerus dan secara bertujuan yang diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.
c.    Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran yang tertuang dalam diskusi.
3.1  Jenis-jenis diskusi
            Ada beberapa jenis diskusi yaitu : “(1) whole group, (2) buzz group, (3) panel, (4) sundicate group, (5) brain storming group, (6) symposium, (7) informal debate , (8) colloquium, dan (9) fish bowl[25]
a.              Whole group merupakan satu kelompok diskusi. Kelompok diskusi ini idealnya apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang .
b.              Buzz group adalah satu kelompok diskusi dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang.
c.              Panel adalah satu kelompok kecil biasanya 3-6 orang mendiskusikan satu subjek dengan model susunan duduk semi melingkar.
d.              Sundicate group merupakan satu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok  mengerjakan tugas latihan.
e.              Brain storming group ialah terdiri dari beberapa kelompok dan setiap kelompok menyumbangkan ide-ide baru.
f.                Symposium adalah beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu subyek tertentu, dan membacakan dimuka peserta secara singkat (5-20 menit) kemudian dikeritisi dengan sanggahan dan pertanyaan selanjutnya dirumuskan sebagai hasil.
g.              Informal debate yaitu kelas dibagi menjadi dua yang agak sama besarnya dan mendiskusikan subyek yang hangat, actual diperdebatkan tampa memperhatikan aturan debat formal.
h.              Colloquium, seseorang atau beberapa orang sumber menjawab pertanyaan audience.
i.                Fish bowl adalah beberapa orang peserta dipimpin oleh seseorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan.
4.      Metode parable
Metode parabel adalah cara penyajian pelajaran dengan suatu cara sederhana  dimana sesuatu yang abstrak dapat dijelaskan berdasarkan hal yang mudah diketahui untuk menyajikan pesan moral atau kebenaran teoritik. Metode parabel dapat berlangsung melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Menyatakan suatu analogi tentang konsep yang belum dikenal siswa.
b.      Deproposal detail, dimana guru menyatakan sejumlah ciri yang sudah dikenal siswa.
c.       Kesimpulan kemudian harus diambil menjelang analogi berakhir.
5.      Metode skolastik
Dalam metode skolastik guru gemar berfikir dan menantang siswanya melakukan hal yang sama dan baru. Bukan saja harus mengemukakan semua alasan yang mendukung konsep yang ingin diajarkanya melainkan guru juga harus berusaha menemukan dan memecahkan segala ketentuan yang mungkin dapat diajukan. Metode ini pada dasarnya terdiri dari lima langkah :
a.    Pertanyaan pembuka yang dikemukaakn oleh guru.
b.    Penyajian mengenai keberatan utama bagi jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan.
c.    Pernyataan mengenai hal yang berlawanan dengan argumentasi yang dikemukakan.
d.   Pembuktian guru terhadap pendapat-pendapat yang kontras.
e.    Penolakan butir demi butir terhadap segala keberatan yang telah dikemukakan sebelumnya.
6.      Metode pemecahan masalah
Metode pemecahan masalah dimaksud adalah membeberkan latihan kepada siswa dalm berfikir.Metode ini dapat menghindarkan untuk membuat kesimpulan tergesa-gesa, menimbang-nimbang berbagai kemungkinan pemecahan dan menggunakan pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup. Metode ini dapat dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut :
a.    Pengenalan tingkat kesulitan
b.    Pendefinisian masalah
c.    Saran-saran mengenai berbagai kemungkinan pemecahan
d.   Pengujian hipotesis
e.    Memverifikasi kesimpulan
7.      Metode proyek
Metode proyek menekankan pada belajar melalui mengerjakan (learning by doing). Metode ini terdiri dari 4 langkah :
a.    Espolarasi, mengetest siswa tentang hal yang sudah diketahuinya mengenai sesuatu masalah.
b.    Presentasi, ceramah dengan maksud untuk memberikan pandangan mengenai suatu masalah.
c.    Asimilasi, presentasi yang disesuaikan dengan kemampuan murid
d.   Organisasi, murid mengorganisasikan hal yang dipelajari kedalam bentuk yang logis.
e.    Rislasi, siswa mengajukan hasil pekerjaan secara lisan dan tulisan.
8.      Metode study kasus
Metode study kasus dapat memberikan pengalaman dalam pengambilan keputusan merangsang konseptualisasi yang didasarkan pada kasus individu. Metode ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Pemilihan kasus. Kasus yang dipilih harus representatif dalam pemecahan suatu masalah sehingga banyak hal yang dapat dipelajari.
b.    Membaca. Setiap siswa perlu membaca dengan cermat cerita mengenai kasus tersebut secara pendidikan.
c.    Analisis. Selama atau sesudah membaca setiap siswa disalurkan untuk menganalisis kasus itu setahap demi setahap.
d.   Diskusi. Setelah penilaian kasus secara individual selesai, maka tiba saatnya bagi semua siswa dikelas mempertukarkan keputusan dan pertimbangannya secara lisan mengenai kasus itu.



BAB II
METODE PENELITIAN

A.    PENDEKATAN PENELITIAN
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena data atau informasi yang penulis butuhkan atau kumpulkan lebih berbentuk uraian dan keterangan-keterangan. Sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif ialah : “Penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan-bilangan”[26]
Dari batasan tersebut di atas dapat dipahami, bahwa dengan pendekatan kualitatif itu diarapkan kepada latar belakang obyek penelitian individu secara wajar dan utuh.Jadi dalam hal ini penelitian kualitatif tidak dimulai dari hipotesis sebagai generalisasi melainkan bertolak dari data bersifat individu/khusus untuk menyimpulkan kesimpulan umum.
Untuk mempermudah dalam menentukan apakah suatu penelitian tersebut digolongkan penelitian kualitatif atau yang lainnya, maka berikut peneliti akan mengemukakan ciri tertentu dalam penelitian kualitatif ialah sebagai berikut:
a.       Tatanan alamiah merpakan sumber data yang bersifat utuh dan peneliti sebagai instrumen kunci.
b.      Mengendalikan manusia sebagai alat penelitian
c.       Menadakan analisa data secara induktif
d.      Bersifat deskriptif
e.       Lebih mementingkan proses dari pada hasil
f.       Membatasi studi dengan focus
g.      Memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan
h.      Hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, obyek dan peneliti.[27]

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian lapangan yang berorientasi pada penomena alamiah di lapangan yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisa induktif.Jika cirri-ciri tersebut dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan di lapangan, maka yang menjadi sumber datanya adalah individu-individu yang terlibat langsung dalam objek penelitian ini yang berbentuk fisik berupa sarana dan prasarana yang ada dalam peranan kepala sekolah dalam menunjang efektifitas belajar mengajar.Pendekatan kualitatif sifat interview lebih tepat untuk memperoleh data-data yang akurat dan yang sewajarnya.

B.     KEHADIRAN PENELITIAN
Tugas pokok seorang peneliti dalam penelitian kualitatif jika dikaitkan dengan kehadiran peneliti di lapanan adalah sebagai instrument kunci dan sekaligus sebagai pengumpul datau atau informasi dari obyek yang diteliti dan bukan bermaksud untuk mempengarui subyek penelitian tetapi semata-mata untuk mendapatkan data-data yang akurat dan sewajarnya.Dalam funsi sebagai pelaksana atau pokok sebagai instrument penelitian maka peneliti mengadakan beberapa bentuk kegiatan dalam upaya mendapatkan data yang diinginkan.Seperti menadakan wawancara dengan kepala sekolah, staf dan dewan guru yang terletak di MI Darul Qur’an Bengkel.
C.    SUMBER DATA
Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebagai sumber data dan karenanya sebelum penentuan sampel, sangat perlu diketaui terlebih dahulu populasi dalam penelitian. Populasi adalah keselruan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, bendabenda, tumbuan, gejalagejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertent dalam suatu penelitian.[28]
Sampling dalam penelitian kualitatif bukan untuk melakukan generalisasi terhadap populasi yang besar, tetapi untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya, informasi yang esensial yang dibutukan dalam penelitian yang dilakukan dan yang ditekankan adala ditemukannya esensi dalam penelitian yang diteliti.
Dalam penelitian yang kualitatif menurut Lincoln dan Guba penelitian mulai dengan asumsi bawa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri, selain itu peneliti sanat erat kaitannya denan factor-faktor kontekstual.[29]
Jadi maksud sampling dalam al ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin atau informasi dari beberapa sumber yang diperlukan. Dengan demikian tujuan bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya akan dikembangkan kedalam generalisasi.
Maksud lain dari sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dari teori yang muncul. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif menggunakan sampel bertujuan (Proposive Sampling), dimana sampel diambil bukan tergantung dari populasi melainkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini agar mendapatkan data dan informasi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian maka data atau temuan itu dapat diperole dari:
a.       Kepala sekolah MI Darul Qur’an Bengkel
b.      Staf administrasi di MI Darul Qur’an Bengkel
c.       Guru kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel
d.      Guru mata pelajaran MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel
e.       Siswa kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel, serta lingkungan yang terkait permasalahan penelitian yang diangkat peneliti
Peneliti mengambil subyek penelitian di atas dikarenakan untuk memudahkan mendapatkan data atau temuan, lebih jelasnya memudahkan peneliti.
D.    PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data adala suatu cara ang disusun dengan maksud digunakan dalam upaya memperoleh dan menumplkan sejumlah data yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.
Adapun metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data pendidikan penelitian ini adalah:
a.       Metode Observasi
Observasi atau pengamatan berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat mungkin sampai yang sekecil-kecilnya sekalipun[30] atau menurut Bog dan Biklen bahwa pengamatan sebagai penelitian yang beririkan interaksi sosial yang mencakup  lama waktu antara penelitian dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan sistematis tanpa adanya gangguan.
Dari definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengamatan tau metode observasi yaitu mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif kepercayaan, perhatian, keabsahan, dan sebagainya.
Observasi atau pengematan dalam penelitian kualitatif dilakukan atas situasi yang sebenarnya, yang wajar tanpa dipersiapkan, dirubah atau bahkan diadakan khusus untuk keperluan penelitian, dengan tujuan yang memungkinkan pengamat meliat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subyek penelitian, atau memungkinkan peneliti meraskan apa yang dirasakan dan apa yang dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti sebagai sumber data.
Metode penulis digunakan untuk memperoleh data tentangpola interaksi guru dan siswa dalam mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar pada kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel
1)      Letak geografis MI Darul Qur’an Bengkel
2)      Situasi iklim kerja
3)      Keadaan sarana dan prasarana
4)      Situasi kegiatan belajar mengajar
b.      Metode Interview
Interview atau wawancara dapat juga disebut kuisioner lisan, didalam pemberian batasan tentang interview beberapa ahli mendefinisikan sebagai berikut:
1)      Menurut Lexy J Moleong, interview berarti percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua orang atau dua pihak yaitu pewawancara dan piak yang diwawancarai.
2)      Interview dapat juga berarti teknik komunikasi langsung.[31]
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan interview adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan dialog antara dua orang atau lebih dengan berhadapan muka dimana percakapan tersebut ditunjukkan pada masalah-masalah tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.
Adapun harapan peneliti dengan menggunakan metode ini dapat menjaring /mengumpulkan data sebagai berikut:
1)         Usaha yang dilakukan Kepala Sekolah dalam menunjang efektifitas belajar mengajar MI Darul Qur’an Bengkel
2)         Usaha yang dilakukan Guru kelas dan guru mata pelajaran dalam menunjang efektifitas belajar mengajar di kelas IV MI Darul Qur’an Bengkel
c.       Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain-lain.[32]
Dalam kaitannya dengan batasan yang diberikan atas yang dimaksud dengan metode dokmentasi dalam penelitian ini adalah metode untuk mengmpulkan data tertulis berupa dokumen atau catatan-catatan penting tentang MI Darul Qur’an Bengkel Bengkel seperti:
1)      Sejarah  singkat berdirinya MI Darul Qur’an Bengkelataram
2)      Struktur organisasi MI Darul Qur’an Bengkel
3)      Sejarah berdirinya sekolah tersebut
4)      Notulen rapat sekolah
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1)      Daftar nama guru atau tenaga pengajar
2)      Daftar nama staf administrasi sekolah/MI Darul Qur’an Bengkel
3)      Daftar fasilits yang tersedia

E.     ANALISIS DATA
Dalam penelitian kualitatif, terutama setelah data ditemukan atau dikumpulkan, maka selanjutnya data tersebut dianalisa, sehingga hasil generalisasi rangkuman atau iktisar menjadi bermanfaat adanya.
Adapun teknik analisa yang digunakan adalah teknik induktif atau metode induktif yang merupakan suatu metode berfikir dari data tersebut ditarik generalisasi-generalisasi yang bersipat umum.[33]
Berangkat dari batasan di atas maka penelitian mengunakan metode ini untuk mengumpulkan hasil dari observasi wawancara dan hasil penelitian lainny.Denan demikian jelaslah bahwa metode induktif ini adalah untukmenilai fakta-fakta empiris yang di temukan dan kemudian dicocokkan dengan landasan yang ada.
F.     KEABSAHAN DATA DAN TEMUAN
Keabsahan data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan yang ada dilokasi penelitian.
Untuk meningkatkan kredibilitas dan keabsahan data, ada beberapa langkah yang digunakan antra lain:
Peneliti akan membahas data yang telah diperoleh selama mengadakan penelitian yang ditunjang dengan referensi yang terkait dengan obyek yang sedang diteliti.


[1] Achmadi, 1997. Hal.11
[2] Soetomo, 1993. Hal.12
[3] Arifin, 1994. Hal.10
[4] Tim  Ganeca Sains Bandung, 2001 hal. 351
[5] Ahmadi, 1985.Hal 47.
[6]
[7] Ibrahim, 1991. Hal.31
[8] Soetomo, 1993. Hal.9
[9] Achmadi, 1985. Hal.47
[10] Suardi, 2000.Hal. 15
[11] UU Sisdiknas, 1989. Hal.12
[12] Arifin, 2002. Hal.26
[13] Slameto, 1987. Hal.3-4
[14] Slameto, 1995. Hal.2
[15] Ramayulis, 2002. Hal.29
[16] Roestiah, 2002. Hal.29
[17] Sudjana, 1989. Hal.27
[18] Slameto, 1989. Hal.30
[19] Hamalik,2002. Hal.44
[20] Djamarah, 1996. Hal.49
[21] Zain, 1999. Hal.60
[22] Uzer, 1995. Hal.75
[23] Uzer, 1995. Hal.87
[24] Muktar, 2002. Hal.96
[25] Hasibuan, 1999. Hal.20
[26] Martini, 2005. Hal.174
[27] Moleong, 2008. Hal.8
[28] Martini, 2005.Hal.
[29] Moleong, 2008. Hal.8
[30] Moleong, 2008. Hal.208
[31] Martini, 2005. Hal.185
[32] Suharsimi Arikunto, 2002. Hal.206
[33] Sutrisno, 1986. Hal.42




DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani HM, Abu Ahmadi H, Pengelolaan Pengajaran, Cet. Ke-2, Rineka Cipta, Jakarta, 1995
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Cet. 11, Rineka Cipta, Jakarta, 1999
Arifin, psikologi Dakwah, cet ke-4, Bumi Aksara, Jakarta 1997
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Cet. Ke-2, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Djamarah Bahri Syaiful, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. Ke-2 Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Hasibuan J.J, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Cet. Ke-7 Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, Cet. Ke-4, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2001
Muktar, Martinis Yamin, Metode Pembelajaran yang berhasil, Sasama Mitra Suksesa, Jakarta, 2001
Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1996
IAIN BARU.jpgMoleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-14, Bandung, 2001
Hadari Nawawi, Mimi Martini, Penelitian Terapan. Gajah Mada University Perss, Yogyakarta, 2005
Moelang, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008
Sutrisno Hadi, Metode Research. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1986
Suharsimi Arkunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Soetomo, Dasar-Dasar Intraksi Belajar Mengajar, Usaha Nasional, Surabaya 1993